BRUIN Libatkan Partisipasi Pelajar Dalam Pelatihan Pemantauan Sungai di Kabupaten Tulungagung

Uncategorized16 Dilihat

Tulungagung,Oposisinews.net| Sabtu, 2 Agustus 2025,
BRUIN bersama komunitas lingkungan Kabupaten Tulungagung mengadakan kegiatan pelatihan bagi Pelajar untuk melihat langsung kondisi kesehatan sungai melalui kegiatan biotilik dan mengecek kualitas air sungai di desa plosokandang kecamatan kedungwaru kabupaten tulungagung. Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi BRUIN, PJT 1, Aliansi Lereng Wilis. Sekitar 30 peserta yang tergabung dalam kegiatan ini. Diantaranya dari komunitas Shintapala, Deltapala, Mapala Himapala, GPA Jatim, Kolocokro dan Aliansi Lereng Wilis.
Azis, Direktur Eksekutif BRUIN mengatakan bahwa kegiatan pemantauan Sungai ini adalah kegiatan partisipasi aktif yang dapat dilakukan oleh pelajar dan pegiat lingkungan dalam pengendalian pencemaran Sungai dan langkah penting dalam menjaga kelestarian sungai. Kegiatan ini harus terus dilakukan dan berkelanjutan sehingga menjadi aktivitas rutin bagi pelajar.


Nabila Ramadhani Ketua Umum MAPALA HIMALAYA menambahkan kegiatan biotilik sangat bermanfaat dan bagus untuk dilakukan guna mengetahui Tingkat Kesehatan Sungai, Tulungagung merupakan daerah yang juga menjadi aliran Sungai Brantas sehingga sangat perlu untuk dilakukan kegiatan-kegiatan pemantauan Kesehatan Sungai seperti ini.
Dalam kegiatan ini Bruin juga melakukan pemantauan Sungai yang menggunakan serangga air atau biasa disebut BIOTILIK.
Berdasarkan istilah, BIOTILIK berasal dari kata ‘Bio’ yang berarti biota, dan ‘Tilik’ berarti mengamati dengan teliti, sehingga BIOTILIK adalah pemantauan lingkungan menggunakan indikator biota, sinonim dengan istilah biomonitoring.
BIOTILIK juga merupakan singkatan dari BIOta TIdak bertuLang belakang Indikator Kualitas air yaitu makroinvertebrata bentos, misalnya serangga air, kepiting, udang, siput, dan cacing.
Biotilik untuk memantau kualitas sungai
Biotilik adalah metode pemantauan kesehatan sungai dengan menggunakan indikator makro invertebrata (hewan tidak bertulang belakang) seperti bentos, capung, udang, siput, dan cacing. Biotilik merupakan metode yang mudah digunakan karena hanya memerlukan pengambilan sampel biota di dasar, tepian sungai atau yang menempel di bebatuan atau substrat.
Biota yang ditemukan tinggal dicocokkan dengan biota yang tertera dalam gambar panduan yang terdapat di dalam modul.
Biota yang diperoleh, dikelompokkan menjadi biota yang tidak toleran (sensitif) terhadap pencemaran dan biota yang toleran (tidak sensitif) terhadap pencemaran. Keberadaan biota yang sensitif terhadap pencemaran mengindikasikan bahwa kondisi suatu sungai masih bagus kualitasnya (tidak tercemar), sedangkan biota yang tidak sensitif terhadap pencemaran mencirikan bahwa sungai telah sakit dan tercemar.
Dari kesimpulan kegiatan identifikasi serangga air di lokasi Plosokandang Tulungagung, Kami menemukan 175 serangga air yang semuanya tergabung dalam kelompok atau Family EPT dan Non EPT.
Family yang kita temukan ialah : Baetidae-A, Beuccinidae, Atydae, Parathelphusidae – A dan B, Tubificidae, Viviparidae, Coenagrionidae-A, Corixidae-A, Scirtidae, Chironomidae-merah dan Thiaridae A.
Di Bagian akhir hasil kesemua sampel akan kita bagi menjadi 4 penilaian yaitu :
1. Keanekaragaman Jenis Family
2. Keragaman Jenis Family EPT
3. % Kelimpahan EPT
4. Indeks Biotilik
Dengan nilai total keseluruhan 9 Point
Skor rata – rata dalah 2,25 (Tercemar Sedang)
Dapat di simpulkan hasil pemantauan Kesehatan Sungai dengan melihat serangga air : Tercemar Sedang di Wilayah Plosokandang, Tulungagung.

 

By: Mohammad Fari Duddin

www.oposisinews.net

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *